Minggu, 17 April 2016

Diary Penelitian: Pemrograman oh Pemrograman

Akhirnya setelah lama banget menanti papa pembimbing pulang umroh dan nyelesein urusannya di rektorat selama beberapa hari terakhir dan sulit ditemui di kampus tekkim, kemarin jumat akhirnya ketemu juga. Nunggu dari jam 9 pagi dan baru ketemu selesai solat jumat jam 1.

Jadi gini, hasil kerjaan gue setelah ketiga kalinya nge-run akhirnya selesai dianalisa dari lab kimia analitik jurusan kimia MIPA. Alhamdulillah setelah benerin metode gara-gara petunjuk-Nya yang diberikan melalui seorang teman bernama Vendra yang tiba-tiba dateng pas gue nge-run kali ketiga. Waktu itu gue habis matiin kompresor dan alat itu lagi proses mau berhenti dengan mengurangi kecepatan aliran udaranya, yang mana otomatis gelembung udaranya jadi makin berkurang. Nah saat gelembung udaranya perlahan berkurang ini, Vendra dateng dan melihat kerjaan gue.

Vendra : "Wuih, alatmu bagus ya. Aku juga kayaknya harusnya kayak gini deh"
Indah: "Masa sih? Simple banget lho ini padahal"
Vendra: "Engak, Ndah. Bener punyamu. Harusnya gelembung udaranya jangan besar-besar soalnya bisa chanelling (aliran gak merata), gitu kata Bu Aswati" 

Tring! tiba-tiba gue menyadari kesalahan gue selama ini. Gue menggunakan debit udara yang terlalu besar untuk sistem berupa labu leher tiga yang volumenya 2000 ml. Gue jelasin dulu ya, jadi kan penelitian gue tentang oksidasi besi dalam air dari yang tadinya si besi itu nge-blend sama air jadi bisa terbentuk endapan yang bisa diambil setelah dioksidasi pakai udara. Yang gak gue perhitungkan adalah, bahwa reaksinya adalah reaksi dapat-balik. Artinya, besi yang tadinya udah terendap bisa balik lagi nge-blend sama air kalau ada turbulensi yang besar dari aliran udaranya. Plus, kelarutan oksigen dalam air juga kan terbatas. Beuuuuh pantes aja data-data hasil nge-run sebelumnya kok fluktuatif terus. Untung aja dapet ilham dari Vendra. Walaupun dia ngiranya besarnya debit udara yang hampir habis saat kompresornya gue matiin itu adalah yang emang gue gunain. Padahal mah aslinya lebih besar wkwk. Ven, Ven, kamu gak sadar udar nyadarin aku akan kesalahanku :p. Thankyou lho ya.
Oh ya, untung juga penelitiannya Vendra memakai aliran fluida juga. Cuman bedanya kalo gue simpel cuman aliran udara dari kompresor, nah punya dia pakai gas yang lain. Gue lupa dia pakai gas apa yang pasti dialirin juga ke sistem yang dia teliti. 
Jadi yaudah, gue coba lagi nge-run yang keempat kalinya kali ini debit udaranya gue kurangi. Manometer (alat pengatur debit udara) yang tadinya di-set 4 cm, jadi cuma 1 cm. 
Well, sempet beberapa kali gak lancar gara-gara kompresornya lupa gue buka saluran output yang satunya jadi tekanannya membesar dan metong sendiri (untung gak ketauan laboran :p)

Akhirnya hasil keluar. Daaaaaaan alhamdulillah linier! Sesuai teori bahwa semakin tinggi suhu, konsentrasi besi dalam air bakal berkurang karena reaksi berjalan makin cepat. Yah, walau ada sedikit data yang masih fluktuatif sih. Terutama yang 50 derajat celcius.

Dan itu menjadi masalah berikutnya..

Jadi setelah gue olah datanya pakai software Matlab, ternyata Kca-nya (Koefisien transfer massa volumetrik) ada yang janggal di suhu 50 itu. Harunya kan Kca gak berubah seiring berubahnya suhu. Kalaupun berubah, gak beda jauh. Untuk suhu 30 hasilnya 20 koma dan suhu 70 hasilnya 21 koma. Gak terlalu jauh. Nah yang 50 ini hasilnya kok beda sendiri. Dapetnya 8 koma. Nahlho.

Maka yaudah, jumat kemarin gue konsul ke Pak Wahyudi pembimbing gue. Beliau sempet heran gitu Kcanya kok jomplang yang 50 ini. Terus you know what, gue disuruh bikin pemodelan lagi! Pakai rumus baru yang dia kasih. Yaitu pakai Arrhenius. lebih banyak konstanta dan gue harus gabungin semua titik suhu di satu pemodelan aja. Kalau yang sebelumnya kan satu pemodelan untuk satu suhu. Nah ini gue harus gabung semua dengan men-trial nilai Kca, "Ke" (Konstanta kesetimbangan), dan konstanta-konstanta Arrheniusnya, buat dapet "Kr" (Konstanta kecepatan reaksi) yang semakin besar di masing-masing suhu. 

Anjir lah, lebih ribet dari yang pertama yang dibagi tiga pemodelan. Untungnya gue dibantu Ais yang emang jago pemrograman. Tapiii ya gitu hiks, nge-runnya lama banget karena banyak banget iterasinya dan laptop gue juga cupu sih buat ngolah data. Jadi gue cuman diajarin cara-caranya aja. Lalu hari ini gue coba ngerjain dan stuck hiks bener-benr stuck gak bisa jalan gitu programnya. Sedih banget. 

Deadline udah tinggal 5 hari. Dosen juga susah ditemuin. Pemronya susah. Oh god why harus dapet dosen pembimbing pemro gini kan harus pake pemro dan ini bidang yang gue paling gak bisa hiks. Somebody help

Tapi tetap harus semangat dong yaa


0 komentar:

Posting Komentar