Minggu, 11 September 2016

Ketika Ku Berhenti dan Menoleh ke Belakang

Kebanyakan orang, akan menjawab dengan menggebu-gebu ketika ditanya tentang hal apa yang disesali dari masa lalunya. Beberapa akan bercerita penyesalan mereka tidak ikut kegiatan ini-itu, tidak mempelajari ini-itu, tidak menyatakan ini-itu ke si anu dan si anu, serta lain sebagainya. Seolah jika mereka memang melakukan apa yang mereka sesali tidak lakukan, dan membuat diri mereka di masa kini lebih baik.

Seriously, seandainya dulu gue masuk SMA 34 atau 70, gue yakin gue gak akan tertarik cosplay, mungkin gue bakal lebih tertarik ke hal-hal kekinian yang gak ada hubungannya sama dunia pervvibuan. Gue dulu pernah pingin banget masuk salah satu dari dua SMA favorit di Jakarta Selatan itu. Walopun gue musti pindah rayon karena SMP gue di Tangerang, gak papalah, toh temen-temen gue juga banyak yang pingin pindah rayon ke DKI dan ngurus juga. Padahal udah sempet ngunjungin dua sekolah itu pas sebelum UN, tapi ujug-ujug nyokap berubah pikiran dan gak jadi ngijinin.
Yaudah, akhirnya gue ikut "arus" temen-temen SMP gue yang pada mau masuk SMA 1 Cisauk. SMA favorit juga sih di Tangsel walopun namanya agak gak populer bagi yang bukan orang Tangsel dan sekitarnya. Letaknya plek seberang BATAN Tangsel, makanya banyak anak-anak ilmuwan sekolah di sana. Untung aja pas gue kelas 11, diganti namanya jadi SMA 2 Tangerang Selatan, lumayan keren lah ditulis di CV besok pas mau kerja dibanding Cisauk wkwk.

Sampai tahun lalu, kadang gue gak habis pikir kenapa gue dulu culun banget. Kadang kalo liat facebook, instagram, dan lain sebagainya, sering nemu anak SMA yang gaul, muda, seger, dan populer, bener-bener eksis dan nikmatin masa muda yang ashooy. SMA 2 Tangerang Selatan, yang punya nama beken Moonzher, sekarang jadi lebih wow baik dari bangunannya, fasilitasnya, maupun anak-anaknya. Rich kids semua lah sekarang yang sekolah di situ wkwk.

Well, i realize how "culun" i was back in the day when i still in that white-grey uniform..

I should've join cheerleader, instead of karate and japan club, i should've straightened ma lion-hedgehog-what-so-ever hair, dated a basketball guy, i should'nt been a nerd, should'nt been a weirdo-maniac, gue harusnya lebih cantik dan genit dikit, bukan kucel dan freak gitu. 

Mungkin gue akan menjadi orang yang berbeda sekarang seandainya gue memenuhi hal-hal yang gue pikir harus/tidak gue lakukan di masa lalu. Mungkin gue akan berteman dengan orang-orang yang berbeda, punya sahabat yang berbeda sekarang, mungkin gue kuliah di tempat yang berbeda (atau malah gak kuliah?), mungkin gue gak bakal ikut ronin dan mungkin gue sekarang udah kerja, mungkin gue bisa lebih kenal dunia malam lebih cepat, mungkin, mungkin,, mungkin..

Ada satu sisi dalam hati gue yang kesal sama sosok itu, anak perempuan berseragam putih-abu-abu yang wajahnya hampir gak pernah senyum ramah. Entahlah, andai gue bertemu dengannya di angkot jurusan Ciputat-Muncul secara gak sengaja, mungkin gue langsung males liat wajahnya yang kayak gak happy itu. Dia yang selalu merasa gak akan pernah ada orang yang akan mencintainya, tetap bertahan dengan wajah gelap berminyak yang tidak terawat itu, dan rambutnya, yang gen keriting gak karuan itu didapat dari ayahnya, tak pernah disisir. Walau sudah banyak orang yang bilang bahwa gelombangnya banyak yang mengimpikannya seandainya anak ini benar-benar merawatnya dengan tekun, tapi apa? dia cuek sekali. Dia yang menyimpan secuil rasa sinis terhadap dunia.

Gue pernah menyesal mengenalnya

Tapi itu semua berubah, sedikit demi sedikit gue belajar, dan berusaha mengubah mind-set gue, mungkin ada yang salah, dan bahwa kini semua baik-baik saja, bahwa kini gue menjadi seseorang yang tetap bernilai, dan bahwa ada banyak hal yang kini patut gue syukuri berkat kenal dengan anak perempuan itu. 

Ditambah lagi, gue bertemu dengan dia, seorang pria istimewa yang bersamanya gue mengerti gue tak perlu berusaha menjadi anak eksis atau pandai menggambar alis, atau apapun yang gue gak suka, untuk bisa mendapatkan cinta. Bahwa hubungan gue dengan si pria istimewa yang kini berjalan dengan indah berkat dia yang juga Indah. Lelaki ini yang kini telah menjadi kekasih, sering berkata bahwa gue nyambung diajak ngobrol apa saja, dan gue sadar betul bahwa ini semua berkat anak perempuan itu, dia yang menyenangi dunia pervvibuan itu, dia yang sangat menyukai Avenged Sevenfold dan merupakan Outsider garis keras, dia yang meminta kado novel Eragon di ulangtahunnya yang ke-13, dia yang walau sering dianggap bocah karena begitu menyukai Naruto, dia yang selalu berfikir bahwa dia merasa nyaman dengan semua itu. Seandainya ia rapi dan cantik, bisa saja dia dianggap cool-nerd, namun sayang dia begitu kucel dan cuek tak terawat. 
Ah salah, bukan seandainya dia rapi dan cantik, namun seandainya dia bisa lebih terbuka, lebih tersenyum dan lebih jujur, mungkin gue gak akan pernah membenci dia.

"Kamu itu punya aura kuning, kamu itu aslinya kece banget, cuma kamu masih belum unleash your potential" Kata seorang indigo yang sangat gue kenal dekat. Ya, gue baru menyadari bahwa anak perempuan ini sesungguhnya punya potensi untuk menjadi the most popular kid, tapi itu semua terhalang oleh awan keraguan dan pribadi tertutupnya. It's a shadow, and now she begin to light it up, light me up.

Dan gue benar-benar berterimakasih padanya. Jika gue punya kesempatan gila untuk bisa bertemu anak ini, pingin banget gue peluk, gue ucapin terimakasih dan gue akan bilang "You've done a great job, Ndah". Gue mungkin pernah membenci dia karena keculunan dan kesinisannya, tapi gue sering lupa bahwa anak ini begitu cerdas dan bahwa she's so kind and she got the purest heart. Dia gak pernah dapat nilai jelek dalam akademisnya. Dia tak pernah merengek minta dibelikan PS2 atau mainan mahal lain pada ibunya sejak kecil, dia yang masih berniat untuk terus menekuni hobi menggambarnya karena memang menyukainya. Dia adalah seseorang yang rela begadang membuatkan properti dan kostum drama untuk seluruh teman-teman sekelompoknya untuk praktek penilaian seni budaya. Dia yang melakukan semuanya tidak pernah tanggung-tanggung, apapun ia lakukan dengan maksimal. Anak ini, gue nyaris lupa betapa dia adalah anak yang benar-benar baik, lo bisa aja bertemu dengan dia di terminal, atau bandara, dan menitipkan seluruh barang-baranglo ke anak ini saat lo mau ke toilet atau melaksanakan sholat, dan gue jamin barang-baranglo akan aman 100% bahkan ia tak akan meninggalkannya sampai lo selesai. Dan gue gak akan pernah lupa ketika ia meminta maaf dengan tulus dan jujur kepada guru PPKNnya setelah mengakui perbuatannya menulis hal buruk di kuisioner pendapat siswa. yang mana gue tahu hal itu gak akan ketahuan jika ia tak mengakuinya.

Berkatnya yang keras kepala ini gue bisa kuliah di salah satu kampus besar di jurusan yang cukup kompetitif dan Insya Allah bermasa depan cerah, berkatnya gue bisa punya beberapa hubungan yang cukup personal dan berharga karena wawasan, hobi, serta pemikirannya yang menarik. Hubungan istimewa yang walau tak banyak, tapi begitu hangat dan penuh keintiman. Mbak Winda, Amas, Okta, Ayi..., dan Reza, kekasih gue. Semuanya hubungan hangat ini adalah berkatnya.

Tak lupa gue begitu menyukai sifatnya yang rebel itu. Dia keras kepala, dan cukup pemberontak, tapi entah kenapa gue menyukainya, entahlah menurut gue, ketika dia tidak menyukai seseorang atau sesuatu, ia berani untuk melawan atau paling tidak, yaah, bersikap pasif-agresif lah. Dia bisa terlihat menyebalkan karena wajah dan sikapnya yang tertutup dan seolah judes itu, tapi gue tau dia bisa memiliki banyak ide dan bisa diam-diam rela berepot ria untuk kemajuan bersama. 

Gue, yang sampai sekitar setahun lalu masih membencinya, lupa bahwa ia banyak berjasa, untuk gue sekarang, lupa akan sifat-sifatnya yang tulus dan baik itu. Gue seakan ingin menghapusnya. Namun kini, gue sekana diingatkan kembali akan anak itu berkat kekasih gue yang luar biasa yang berkatnya gue sadar gue sekarang ini telah melalui banyak kemajuan berkat anak perempuan di masa lalu itu, anak culun itu. Gue masih ingin mengenalnya, gue masih ingin belajar padanya. Seandainya gue gak pernah bertemu kekasih gue sekarang, mungkin kini gue benar-benar sudah membuang anak perempuan itu, menjadi seseorang yang berbeda dan menghilangkan kebaikan-kebaikannya.

Baik kekasihku, si pria luar biasa, dan berkat si anak perempuan berseragam putih abu-abu itu, keduanya yang paling banyak mengubah mind-set dan membentuk diri gue sekarang. Keduanya sosok yang ada berjalan beriringan dengan gue. Bedanya kalo kekasih bersama dengan gue di masa depan, sedangkan si anka perempuan ada di masa lalu, dia, Indah Lestari yang dulu. Terkadang aku ingin sekali bertemu dengannya dan belajar lagi darinya.

Namun gue tau dia selalu ada di sana, di kamar khusus yang termewah di hati gue. Dia seperti rumah kosong yang ditinggalkan pemiliknya,namun kini pemiliknya menyadari bahwa rumah itu adalah yang terbaik yang bisa ditinggalinya, maka dipugarnya kembali, ditorehnya kembali dengan lebih banyak senyuman dan jujuran, dan kerusakan-kerusakannya dibetulkan. Ingin kupanggil dirinya kembali, menjadikan dirinya lebih baik, terus lebih baik. Menjadi versi terbaik dirinya di masa kini, mejadi Indah Lestari calon sarjana teknik yang terus merevisi dirinya agar lebih baik...

Maka untukmu, di belakang..,
Dan untukmu, di depan..,

Kuucapkan terimakasih..