Jumat, 01 Januari 2016

Hey, 2016!

"udah ndah, ikhlasin aja. Sambil pelan-pelan ngobatin hatilo, mending lo mempercantik diri aja ndah. Siapa tau ntar ada yang jauh lebih ciamik naksir lo"

Itu adalah masukan dari sahabatku ketika  aku mengalami patah hati terakhir kalinya sekitar semester 3 silam. Tina, gadis batak tulen yang sudah sahabatan denganku sejak akhir 2011, yaitu ketika aku memutuskan menunda masuk kuliah. Siapapun pasti pernah curhat sama tina, bahkan aku yakin 100% cowok kelas IPA dan sebagian kelas IPS ronin NF Ciputat pasti pernah meminta masukan perkara percintaan darinya. Tina adalah orang yang akan aku cari jika aku membutuhkan masukan yang rasional dan tidak berat sebelah. Padahal dia sendiri belum pernah pacaran, tapi udah bikin banyak insan berpacaran, pasangan yang berantem jadi berbaikan, dan yang patah hati jadi enakan.

Maka setelah patah hati yang membuatku lemas hingga aku hanya bisa bersandar pada teman curhatku ketika melihat lelaki yang aku suka 'menembak' perempuan lain di depanku, aku pun mengikuti saran Tina. 

Aku mengganti gaya berpakaianku, tentu yang menurutku masih nyaman, tak lupa belajar dandan yang cakep. Hal terbesar yang kulakukan saat itu, yang sampai saat ini benar-benar bersyukur kulakukan, yaitu smoothing. Dan yak, lagi-lagi tina juga yang mengusulkan itu wkwk.
Pertama kali  ke kampus dengan penampilan baruku, banyak yang pangling, ketawa ngakak, dan berbagai tanggapan lainnya. Tapi, ehem, tiap aku rapat Humas atau Mapateka, pasti ada aja yang bilang "indah sekarang cantik yaa"

"Mbak indaaahh?? Waahh sekarang beda ya mbak rambutnya. Tapi cantikan begini lho" Kata Sayekti, adik angkatan yang kelompoknya kupandu saat dia ppsmb jurusan dulu.

Tapi yang paling sering terang-terangan bilang "Indah sekarang cantik" si Salmer sih wkwk (kok malah cewek-cewek ya ._.)

Dan ya, setelah itu aku bertemu seseorang. Dia yang menggemari rambut  panjang bahkan perempuan-perempuan yang pernah bersamanya pun juga berciri demikian. I dont wanna talk too many about him. Tetapi dalam perjalanannya, banyak perbedaan di antara kami yang akhirnya, hubungan kami kandas.

Lihatlah aku sekarang. Sembari memandang langit malam pergantian tahun dan menikmati rangkaian kembang api yang medentum-dentum, aku merenung. Seolah kaleidoskop kejadian sepanjang 2015 tergambar di setiap sinar yang dipancarkan oleh natrium, barium, litium, stronsium, dan tembaga yang berwarna-warni, hingga kemudian menghilang diiringi sorakan-sorakan dari lautan manusia, sekian kaki di bawahnya. 

Banyak yang terjadi di tahun 2015. Dan kau tahu apa salah satu yang begitu kusyukuri? 

Bertemu dengannya..

Dia adalah orang yang berjanji akan menertawakanku jika aku berhenti mendadak dari KKN. Ketawanya waktu itu nyebelin banget. Dia adalah seseorang yang dengan kuat dan sabarnya mengatur api yang ternyata tidak mudah, seharian dari pagi sampai magrib untuk membakar sekam padi laknat. Dia adalah seseorang yang pada suatu malam menarikku ke dapur, menunjukkanku wadah sayur yang hampir habis ketika sebelumnya aku marah-marah karena kukira masakanku tidak ada yang mau makan. 
"Tuh, lihat gak?! Si monyet aja makan juga!" Itu katanya. Sambil menarik lenganku dan mengatakannya dengan menatap langsung mataku, tajam.
Dia adalah teman ngopi dan ngerokok bareng yang asyik sambil ngobrolin banyaaaak hal yang luarbiasanya nyambung selalu. Dia itu smart. Aku bahkan suka pusing sendiri saat aku dan dia sedang membahas sesuatu yang berat dan otakku yang terbiasa berfikir eksak ini gak nyampe dengan kekritisannya yang gak mainstream. Dia tidak ragu untuk membullyku serta tertawa terbahak-bahak seperti jin gembrot pada banyak omonganku yang bego-bego, padahal aku gak bermaksud ngelucu. Seriously, dia itu bisa menjadi teman ngejek yang koplak sekali.
Aku suka sekali dengan kefrontalannya padaku saat aku salah atau khilaf sok, dan bisa memberikan usul yang ciamik, tidak seperti yang sebelumnya yang malah diam saja tapi memberikan tatapan seolah mengataiku belagu, lalu menyindirku di medsos.

He has a sexy mind. If i could fuck with it, i would do it lol.

Lebih dari itu, banyak hal terjadi dengan aku dan dia justru setelah kembali ke Jogja...

Aku sungguh tak mengerti betapa berharganya aku, hingga dia membelaku diam-diam ketika ada masalah dengan satu orang yang menghinaku, yang ketika aku mengetahuinya, aku benar-benar menyesal sudah marah padanya sehari sebelumnya.

Namun mungkin aku mengikuti saran Tina tidak 100%, aku belum mempercantik diriku di bagian dalam. Aku masih sering memperlakukannya semena-mena, ketika nonton DWP misalnya. Hun, aku bener-bener nyesel banget udah misuh-misuh kasar pas pesawat delay, dan hampir membatalkan tiket. Maafkan aku yaa. 
Tapi dia tetap sabar. Dan ini gak cuma sekali-dua kali aja. One of the million things i love from him is his ability to control his mood. Sama dia yang sekarang ini, semua hal bisa dikomunikasikan dengan baik. 

Namun aku tak pernah menyangka, seorang cewek yang bisa dibilang gak ada apa-apanya ini bisa menjadi begitu berharga di matanya. Tanyakan pada ibuku, seperti apa Indah Lestari pada jaman sekolah dulu. Beliau pasti bakal bilang kalau aku ini cupu dan tomboy banget. Rambut singa, lepek, bego, cempreng, ga bisa dandan. Dan kini, di masa kuliah pun aku juga belum mendekati sempurna. Masih bodoh dan jauh dari kata anggun. Lalu bagaimana gadis sepertiku ini bisa mengambil hati seseorang yang keren dan dikejar banyak perempuan? Diriku yang sering terlihat kucel, galau akademis, dan berantakan ini. Namun ia selalu berkata ia menyukai  ke-clumsyanku. Dia selalu bilang aku manis, pandai masak, cerdas, dan segala hal yang tak kupercayai ada pada diriku. Semakin lama, ia menjadi seseorang yang membuatku mampu mencintai diriku sendiri
Aku selalu menyukai kedua bola matanya ketika ia berkata "sayang kamu banget". Bahkan pada malam terakhir 2015 sebelum aku pergi untuk kumpul dengan keluarga, tatapan itu menjadi lebih kuat saat dia berniat membawaku ke jenjang yang lebih tinggi.

Aku terharu sekali saat dia main ke Pamulang. Kukira dia gak serius mau mengunjungi rumah. Pamulang gitu, buat yang belom pernah ke Pamulang bisa bingung karena memang luas dan angkot-angkotnya complicated. Kalo malah nyasar sampe Parung kan berabe. Namun perasaan ragu itu hilang saat akhirnya aku melihat senyum sumringahnya ketika membuka pintu depan rumahku di rabu siang di hari saat pilkada berlangsung. Aku senang sekali. Baru jalan beberapa bulan tapi dia sudah mengunjungi rumah di Pamulang.

Akhirnya, he's my miracle. Aku benar-benar berharap dia adalah jawaban dari doaku yang diijabah oleh-Nya. Doa ketika aku mulai merasa tak akan bisa meneruskan hubungan dengan pasanganku yang sebelumnya, dan meminta untuk dipertemukan dengan yang lebih baik. Jauuh berbulan-bulan sebelum aku dan dia bertemu di kafe tempat pertama kami bertemu.

Terimakasih, 2015 

0 komentar:

Posting Komentar